Pohon tak Berbuah : Demoncrazy

" Sebanyak apapun orangnya, segiat apapun dia untuk membersihkan dedaunan kering yang rontok dan mengotori lahan, dia tak akan pernah selesai membersihkan lahan seumur hidup sampai pohonnya mati "

Pohon tak Berbuah : Demoncrazy
Tersentak saya membaca salah satu status facebook dari sahabat saya kala itu, ada sebuah kesadaran yang tiba-tiba terhubung ke dalam nurani, tentang carut marutnya negeri Indonesia ini, mulai dari mental masyarakatnya yang individual, hedonis, dan konsumtif, garis kemiskinan yang semakin melebar luas, pemerintahan yang korup, dan tak amanah, dan berbagai warna keburukan lain yang turut menyertainya.

Indonesia dengan segala kekayaan alamnya, kelimpahan sumber dayanya, sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk mampu memimpin perekonomian dan perpolitikan di dunia Internasional, namun apalah daya di Indonesia ini masih menyisakan para pengkhianat - pengkhianat untuk hidup dan mengambil untung. Dengan banyak uang hasil perampokan dan tipu - tipu di kantongnya mereka kemudian menyelinap masuk ke dalam sistem pemerintahan Demokrasi yang memang tak punya cukup filter untuk hanya meloloskan yang orang - orang baik. Hingga akhirnya para pemilih tak mempunyai lagi pilihan - pilihan yang baik untuk mereka angkat menjadi pemimpin dan terpaksa memilih yang terburuk, karena orang - orang yang baik tak mempunyai cukup anggaran sebagai syarat untuk memasuki gerbang anggaran.

Inilah kebusukan yang pertama, yaitu Sistem Pemerintahan yang tak memiliki filter untuk memenangkan yang baik dan mempertahankan yang baik agar terus menjadi baik. Demokrasi memang hanyalah untuk mereka yang mempunyai duit dan mau saling kompromi sekalipun dengan lawan politiknya. Alhasil pasti tak ada idealisme yang kuat disana, semua bisa terkompromi, buruk - baik, semua tentang uang dan kekuasaan.

Kebusukan yang kedua menjalar akibat kebusukan yang pertama, sistem perekonomian dan hukum yang tak adil, sistem perekonomian yang bertumpu pada pajak yang menghunus rakyat - rakyat kecil secara langsung maupun tak langsung, dan hutang luar negeri yang penuh dengan bunga. Sudah menjadi sebuah konsekwensi dari Sistem Pemerintahan yang busuk akan berpengaruh juga pada posisi - posisi pemerintahan di bawahnya, mulai dari Dewan dan semua jajaran Departemennya. Dan tentu saja seperti yang sudah dipaparkan, sektor ekonomi dan hukum pun menjadi tak beres, sempurna, sesempurna busuknya sistem pemerintahan Demokrasi.

Dan kebusukan yang ketiga,tak lain dan tak bukan juga bersumber dari kedua kebusukan di atas, ketika posisi atas suatu negara sudah buruk, maka aturan - aturan, undang - undang serta hukum peradilannya yang dibuatpun akan turut buruk, maka tinggallah kita melihat cerminan keburukan itu semua dalam masyarakatnya, sebut saja meningkatnya angka perampokan, pencurian, hingga berakhir pada pembunuhan disebabkan karena menumpuknya harta pada satu kaum saja, juga pengemis dan anak - anak jalanan yang semakin tak terurus.

Lalu apa hubungannya kesemua hal ini dengan Quote diatas?
Dan, daun - daun kering yang gugur berserakan menjadi sampah itulah gambaran dari apa yang sedang terjadi di masyarakat, dan sebagai bagian yang aneh (baca: anti mainstream dan suka kritik) kita terus saja berfokus membersihkan sampah - sampah di lahan ini daripada berusaha mengambil kapak untuk menebang pohon keburukan (baca: Perbaikan Sistem) itu. .