Partai GOLKAR, Sedikit Analisa Gerakan


Analisis Gerakan
GOLONGAN KARYA
Berdasarkan kitab terjemahan
At-Takatul Hizby karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani



1.    SELAYANG PANDANG

GOLONGAN KARYA atau biasa disebut oleh masyarakat Indonesia sebagai PARTAI GOLKAR merupakan kandidat partai peserta pemilu tahun 2014 bulan april mendatang. Partai yang berlambang pohon ‘keramat’ Beringin ini juga mempunyai warna identitas kuning, yang bermakna kejayaan[1], kegemilangan, atau juga bisa sebagai harapan partai keemasan walau tak semua yang kuning-kuning itu emas.
Sejarah  berdirinya partai GOLKAR dimulai pada tahun 1964 dengan dibentuknya Serkber GOLKAR dimasa akhir pemerintahan Presiden SOEKARNO[2] guna bertujuan untuk menandingi pengaruh PKI (Partai Komunis Indonesia) dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin meningkat. Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.
Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang. Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.[3]
Golongan Karya juga dahulu dikenal sebagai partainya para pegawai negeri sipil (PNS), dikarenakan adanya kebijakan pada masa pemerintahan Order Baru, yaitu monoloyalitas agar semua PNS wajib menyalurkan aspirasi politiknya hanya kepada Golongan Karya. Namun naas, karena reformasi oleh ribuan mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat yang mengakibatkan pengunduran diri Presiden Soeharto, kebijakan monoloyalitas tersebut kemudian dicabut, sehingga pegawai negeri bebas menyalurkan aspirasi politiknya kemana saja.
Setelah era reformasi, Partai GOLKAR banyak dituntut pertanggung-jawaban atas ‘dosa-dosa’ para kader dimasa Presiden Soeharto oleh banyak masyarakat. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme menjadi hal yang santer dituduhkan oleh Presiden Soeharto dan seolah menjadi sebuah citra tersendiri dari Partai GOLKAR.
Itulah selayang pandang mengenai sejarah singkat dan latar belakang pendirian Partai GOLKAR. Dimulai dari tahun 1964 dan banyak dipelopori oleh kalangan TNI-AD membentuk SEKBER Golongan Karya hingga sekarang telah bermetamorfosis menjadi Partai GOLKAR.  Jika ditelaah berdasarkan buku PEMBENTUKAN PARTAI POLITIK ISLAM terjemahan dari kitab At-Takatul al-Hizby oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, adapun terdapat beberapa pertanyaan yang akan dijawab, dan dengan sendirinya bisa menjadi batasan lingkup masalah dalam makalah ini.
·         Apakah partai GOLKAR mampu menjadi penyalur aspirasi umat Islam?
·         Apakah Partai GOLKAR merupakan partai yang Ideal?


2.      PEMBAHASAN
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya menyebutkan, bahwa penyebab utama kegagalan seluruh upaya dalam mewujudkan kebangkitan (politik maupun spiritual) masyarakat ditinjau dari aspek keorganisasian dapat dikembalikan pada empat hal, yaitu ;

1.      Gerakan-gerakan tersebut berdiri di atas dasar fikrah (pemikiran) yang masih umum tanpa batasan yang jelas, sehingga muncul kekaburan atau pembiasan. Lebih dari itu, fikrah tersebut tidak cemerlang, tidak jernih, dan tidak murni.
2.      Gerakan-gerakan tersebut tidak mengetahui thariqah (metode) bagi penerapan fikrahnya. Bahkan fikrahnya diterapkan dengan cara-cara yang menunjukkan ketidaksiapan gerakan tersebut dan penuh dengan kesimpangsiuran. Lebih dari itu, thariqah gerakan-gerakan tersebut telah diliputi kekaburan dan ketidakjelasan.
3.      Gerakan-gerakan tersebut bertumpu kepada orang-orang yang belum sepenuhnya mempunyai kesadaran yang benar. Mereka pun belum mempunyai niat yang benar. Bahkan mereka hanyalah orang-orang yang berbekal keinginan dan semangat belaka.
4.      Orang-orang yang menjalankan tugas gerakan-gerakan tersebut tidak mempunyai Ikatan yang benar. Ikatan yang ada hanya struktur organisasi itu sendiri, disertai dengan sejumlah deskripsi mengenai tugas-tugas organisasi, dan sejumlah slogan-slogan organisasi.[4]

Berdasarkan paragraf diatas dapat diperoleh 4 poin utama penyebab kegagalan sebuah partai jika ditinjau melalui internal keorganisasian, yaitu ; fikrah (landasan pemikiran), thariqah (metode), kader atau anggota partai, dan terakhir adalah ikatan keanggotaan.

A.     Fikrah PARTAI GOLKAR
            Fikrah adalah ide dasar mengenai suatu pemikiran, bila dalam kajian keorganisasian maka yang dimaksud dengan fikrah adalah asas atau landasan yang diatasnya dibangun visi dan misi partai untuk diterapkan melalui berbagai macam bentuk metode yang mendukung guna tercapainya tujuan partai, fikrah jelas sangat berpengaruh terhadap tujuan apa yang akan dicapai oleh partai. Fikrah adalah pondasi utama partai, jika fikrah yang dipakai untuk mendirikan partai adalah fikrah yang salah, maka sesungguhnya partai tersebut sedang dibangun di atas pondasi yang rapuh.
           
            Fikrah adalah bagian dari  Ideologi atau mabda selain juga thariqah. Mabda yang benar adalah mabda yang bersumber dari wahyu Allah SWT. Sedangkan mabda yang muncul dalam benak manusia karena kejeniusan yang nampak pada dirinya adalah mabda yang salah (bathil). Karena berasal dari akal manusia yang terbatas, yang tidak mampu menjangkau segala sesuatu yang nyata.[5]
            Fikrah yang melandasi pendirian Parta GOLKAR menurut AD/RT nya adalah Pancasila[6] yaitu;
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan
5.      Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

            Padahal jika dirunut dalam sudut pandang Islam, apa yang sejatinya disebut pancasila tersebut hanyalah seperangkat nilai yang universal saja, darinya tak mewakili suatu kekhususan tentang sebuah Ideologi, sebuah ciri yang mana bisa membedakannya dengan ideologi yang lain. Tentu fikrah semacam ini adalah fikrah yang dimaksud oleh Syaikh Taqiyuddin, yaitu asas yang tidak mempunyai suatu batasan yang cukup. Asas partai yang terlalu universal ini tidak mampu membawa pada sebuah kebangkitan.  Partai yang ideal adalah partai yang dibangun diatas fikrah yang benar, sebagaimana komentar Syaikh Taqiyuddin,Kami meyakini, bahwa falsafah kebangkitan yang hakiki sesungguhnya bermula dari adanya sebuah ideologi (mabda), yang menggabungkan fikrah dan thariqah secara terpadu. Ideologi tersebut adalah Islam. Sebab, Islam pada hakekatnya adalah sebuah akidah yang melahirkan peraturan untuk mengatur seluruh urusan negara dan umat, serta merupakan pemecahan untuk seluruh masalah kehidupan.”[7]

B.      Thariqah Partai GOLKAR
            Sebagaimana pada umumnya, sebuah partai haruslah mempunyai tujuan yang ingin dicapai, oleh karenanya para anggotanya berserikat dalam satu wadah guna memperjuangkan aspirasi yang mampu mengantarkan masyarakat pada kebangkitan peradaban, khususnya Indonesia. Tujuan Partai Golkar berdasarkan Anggaran Dasarnya  bisa disimak sebagai berikut :
  1. Mempertahankan dan mengamalkan Pancasila serta menegakkan UUD 1945;
  2. Mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945;
  3. Menciptakan masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
  4. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka mengembangkan kehidupan demokrasi, yang menjunjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan, hukum, dan Hak Asasi Manusia.
            Berawal karena pembentukan partai berdasarkan asas yang salah, begitu pula metode yang digunakan untuk mencapai tujuan juga akan mengikut pada kesalahan, karena fikrah yang membentuk Ideologi partai tidak mampu membimbing partai menemukan metode yang baik dan benar untuk mencapai tujuannya. Mereka berdiri hanya sekedar membentuk kelompok, atau membentuk partai semu.

            Thariqah yang dipakai adalah ikut terlibat dalam aktifitas parlementer, mengikuti pemilu, baik pemilihan presiden, legislatif, ataupun yang lainnya, atau dalam kata lain selalu mengikuti segala macam aturan demokrasi yang ada. Padahal demokrasi adalah sistem yang salah untuk diikuti metodenya, demokrasi menjadikan sekumpulan manusia mampu membuat aturan untuk diterapkan kepada masyarakat luas, tanpa mempunyai nilai kebenaran yang pasti. Demokrasi memungkinkan segala macam prasangka atau lebih tepatnya hawa nafsu turut campur dalam membuat kebijakan. Maka, thariqah yang dipakai oleh Partai GOLKAR tentu saja salah dalam pandangan Islam yang mempunyai landasan keyakinan, bahwa menetapkan hukum ialah hak Allah SWT, sebagaimana tercantumkan pada Al-Quran surat Yusuf : 40.



C.      Perekrutan Kader Partai GOLKAR
            Kader dan Anggota Partai Golkar di atur pada AD Bab VI tentang KEANGGOTAAN & KADER pasal 13 & 14, sementara untuk hak & kewajiban anggota dan kader ada pada pasal 15 & 16, namun untuk penjelasan lebih rinci mengenai kader dapat ditemui pada ART Partai Golkar Bab IV mengenai Kader[8] . Begitupun sudah begitu jelas tertulis pada AD/ART partai, namun realitas yang terjadi pada perekrutan kader pada partai ini sekarang adalah hanya berdasarkan pada aspek popularitas seseorang di level masyarakat saja, apakah seseorang tersebut di kenal oleh rakyat? seorang artiskah? seorang profesional kah? Seorang konglomerat kah?, padahal perekrutan berdasarkan materi, popularitas, kekayaan adalah model perekrutan anggota ataupun kader yang jelas salah.

            Syaikh Taqiyuddin seakan mampu memprediksi keadaan gerakan – gerakan politik di masa depan, atau memang pada masanya beliau sudah juga terjadi pelanggaran perekrutan semacam ini, berkomentar Perlu diketahui, bahwa kegagalan seluruh kelompok ini juga terjadi karena faktor manusia atau individunya. Sebab di samping pembentukan kelompoknya bukan atas dasar pembentukan kelompok yang benar -karena tidak adanya fikrah dan hariqah, atau karena kesalahan dalam metode pengikatan orang-orang ke dalam kelompok kelompok tersebut, juga tidak didasarkan pada kelayakan individunya itu sendiri, melainkan berdasarkan kedudukan orang tadi di masyarakat, serta dari peluang diperolehnya manfaat secara cepat dengan keberadaannya dalam partai atau jam’iyah”.[9]

            Maka model perekrutan yang benar adalah perekrutan yang didasarkan atas kesediaannya seorang calon kader atau anggota untuk memperjuangkan tujuan, visi dan misi partai dengan mengerahkan segala kemampuan dan kelayakan yang ia miliki setelah memiliki integritas yang teruji.

D.     Ikatan Partai GOLKAR
            Kebenaran akan ideologi partai berbanding lurus pada keterikatan antara anggotanya yang memiliki keyakinan terhadap Ideologinya. Ideologi akan mempengaruhi ikatan yang muncul dalam hubungan antara anggota partai dengan partainya. Ikatan yang salah pada hubungan anggota pada partainya, akan menyebabkan rencana kerja dan tugas partai akan bertabrakan. Sebagaimana dalam peristiwa akhir-akhir ini, banyak partai kandidat peserta pemilu satu-persatu ditinggalkan oleh kader juga anggotanya, tiba-tiba semuanya seperti menjadi kutu loncat, hari ini daftar menjadi partai ini, besoknya sudah menjadi partai lain yang berbeda. Sebut saja Hari Tanoe, Bos MNC Group yang dulu menjadi anggota Partai Baru NASDEM, semenjak dipilihnya Surya Paloh menjadi ketua umum, dia lalu pindah partai menjadi wakil ketua HANURA, adanya peristiwa ini mengindikasikan ikatan antara anggota dan partainya adalah sebuah ikatan kepentingan semata. Tentu ini adalah ikatan yang salah. Tak lupa yang juga termasuk partai yang ditinggalkan oleh anggotanya juga adalah Partai GOLKAR, ada Surya Paloh, Prabowo, Ruhut Sitompul yang masing – masing telah kembali aktif di partai yang lain.

            Maka memang sudah seharusnya ikatan yang terjadi antara anggota dengan partainya adalah ikatan ideologis yang benar. Ikatan yang terbentuk karena mempunyai pemahaman yang sama terhadap ideologi termasuk di dalamnya adalah fikrah dan thariqah partai yang mengkristal menjadi sebuah keyakinan yang kuat terhadap visi dan misi partai. Sehingga ikatan Ideologis yang ada tidak akan mampu digoyangkan oleh kepentingan semata, kepentingan materiil ataupun juga kepentingan yang sesaat saja.

            Ikatan kepartaian itu adalah akidah yang darinya terpancar falsafah partai, serta tsaqafah yang sejalan dengan persepsi partai. Pada saat itu terbentuklah sebuah kelompok kepartaian yang akan mengarungi samudra kehidupan. Kelompok ini akan menghadapi suasana panas dan dingin, ditiup angin badai dan sepoi-sepoi, serta suasana jernih dan keruh secara silih berganti”.[10]   





3.    KESIMPULAN
            Maka sudah jelaslah jawaban dari pertanyaan,
·         Apakah partai GOLKAR mampu menjadi penyalur aspirasi umat Islam?
·         Apakah Partai GOLKAR merupakan partai yang Ideal?

Apakah partai GOLKAR mampu menjadi penyalur aspirasi umat Islam?

            Pada analisa yang telah dilakukan, didapati bahwa Partai GOLKAR adalah partai yang berasaskan pancasila, maka tujuan yang akan dicapainya hanyalah terbatas pada kepentingan nasionalisme, dan juga telah ditelaah bahwa antara fikrah yang diusung bukanlah fikrah yang benar yaitu Islam, tentu untuk menjadi penyalur aspirasi umat Islam, Parti GOLKAR belum cukup mampu bertanggung-jawab dan amanah.

Apakah Partai GOLKAR merupakan partai yang Ideal?
            Dari sudut pandang keislaman, Partai GOLKAR belum cukup mewakili sebuah partai Islam dan memperjuangan tegaknya Islam, karena memang pada dasarnya fikrah yang diusung bukanlah fikrah Islam, namun Nasionalisme dengan pancasilanya. Namun jika dipandangan sebagai sebuah partai yang umum, Partai GOLKAR juga belum cukup memadai untuk disebut sebagai partai yang ideal, karena ditilik dari ke empat aspek berdasarkan kitab At-Takattul al-Hizbiy oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani tidak ada yang benar teruji.

           
Dalam kaitannya dengan penduduk Indonesia yang mayoritas muslim, walau partai GOLKAR merupakan partai nasionalis, namun keberadaannya tidak bisa dilepaskan begitu saja untuk tidak dikaji dengan perspektif Islam, karena bagaimanapun citra ‘mayoritas muslim’ yang sudah melekat pada Indonesia mengharuskan semua partai kandidat pemilu juga memperhatikan kepentingan umat Islam. Sehingga saya rasa perlu untuk menganalisa partai berlambang Pohon Beringin ini sebagai bahan untuk dikaji dan dipahami oleh kaum muslimin dalam mengambil sikap terhadap kepentingan politik 2014 nanti.


[1] http://elektabilitas.blogspot.com/2013/06/arti-lambang-partai-golongan-karya.html
[2] http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya/
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Golongan_Karya
[4] Taqiyuddin an-Nabhani, At-Takattul al-Hibiy edisi Indonesia, Bogor, Hizbut Tahrir Indonesia (2013)
[5] Taqiyuddin an-Nabhani, Nidzam al-Islam edisi Indonesia, Jakarta, Hizbut Tahrir Indonesia (2006)
[6] http://partaigolkar.or.id/golkar/ad/
[7] Taqiyuddin an-Nabhani, At-Takattul al-Hibiy edisi Indonesia, Bogor, Hizbut Tahrir Indonesia (2013)
[8] http://partaigolkar.or.id/golkar/art/
[9] Taqiyuddin an-Nabhani, At-Takattul al-Hibiy edisi Indonesia, Bogor, Hizbut Tahrir Indonesia (2013)

[10]Hal 23, Taqiyuddin an-Nabhani, At-Takattul al-Hibiy edisi Indonesia, Bogor, Hizbut Tahrir Indonesia (2013)

1 Response to "Partai GOLKAR, Sedikit Analisa Gerakan"

Anonymous said...

Ini bukan seperti pemahaman politik kebanyakan orang, agan dapet ilmu darimana sih?